Alkisah, terjadi baku tembak sengit antara Mujahidin Suriah dengan
Tentara Nushairiyyah yang menghantarkan beberapa Mujahid gugur syahid.
Usai
pertempuran dan kemenangan berada di pihak Mujahidin, mereka mulai
menyisir lokasi guna mencari jasad saudara-saudaranya yang gugur. Dan
ditemukanlah jasad seorang Mujahid muda yang baru berumur 16 tahun.
Mujahidin
temukan dan saksikan tanda-tanda kesyahidan pada sang bocah Mujahid
tadi. Rasa takjub mereka tak berhenti sampai disitu. Mereka temukan
sebuah buku catatan kecil di saku syuhada’ cilik tadi.
Apakah
isinya? Isinya adalah daftar dosa dan kesalahan yang dilakukan sang
Mujahid muda tadi selama satu pekan terakhir di bumi Jihad.
Senin : Aku tidur tanpa mengambil air wudhu terlebih dahulu.
Selasa : Aku tertawa terbahak-bahak dengan suara yang sangat keras.
Rabu : Aku menyelesaikan Qiyamul Lail (Sholat Malam) dengan terburu-buru.
Kamis :
Tatkala aku sedang beristirahat, dan bermain bola dengan teman-teman
lain, aku mencetak angka, memasukkan bola ke gawang lawan. Dan saat itu
menyelusup di batinku rasa bangga/ ujub.
Jum’at : Aku hanya bersholawat 700 kali, padahal seharusnya 1000 kali.
Sabtu : Salah satu komandan Mujahidin mendahuluiku ketika memberikan salam.
Ahad : Aku lupa berdzikir pagi.
Dan
hal yang mengejutkan adalah, ia lakukan hal-hal yang ia anggap sebagai
“dosa” dan “kesalahan” itu tatkala ia sedang beramal Jihad, beramal
Ribath, berjaga-jaga di front pertempuran terdepan melawan musuh-musuh
Islam.
Lantas, bagaimanakah kita ketika menghitung-hitung setiap kesalahan dan berintrospeksi diri atasnya?
Sungguh
kita perlu belajar dari Sang Mujahid muda ini. Meski ia telah memiliki
gelar sebagai seorang “Mujahid” dan bahkan “Syuhada”, InsyaAllah.
Dirinya tetap diselimuti rasa rendah hati, dan tak berpuas diri dengan
hanya amal jihadnya saja.
Meski di masa mudanya telah menjadi
seorang Mujahid, ia tetap tak merasa pongah dan ogah untuk bermuhasabah
diri. Ia selalu mengingat-ingat dan menangisi kesalahan-kesalahan yang
sebetulnya tidaklah layak dikategorikan sebagai sebuah dosa.
“I bear witness that (there is) no God except Allah, and I bear witness that Muhammad is the messenger of Allah.”
Rabu, 16 Juli 2014
Jumat, 27 Juni 2014
APAKAH BERPUASA HANYA MENAHAN MAKAN DAN MINUM SAJA ?
“Banyak
orang yang berpuasa, tidak mendapat apa-apa daripada puasanya selain
lapar, dan banyak orang yang jaga malam (beribadah pada malam hari),
tidak mendapat apa-apa daripada jaga malamnya, selain kurang tidur.” – (Hadis riwayat An-Nasa'iy, Ibnu Majah dan al-Hakim).
Mereka yang berpuasa juga hendaklah menahan nafsu keinginan dan sebarang godaan, menahan perkataan dan perbuatan daripada perkara tercela dan sia-sia, termasuk memelihara segala sesuatu yang boleh mengurangi nilai puasa. Inilah pengertian sebenar puasa.
Nabi bersabda bermaksud:
“Bukanlah puasa itu hanya kerana tidak makan dan minum, tetapi puasa itu juga harus menahan diri daripada ucapan sia-sia dan kotor.” – (Hadis riwayat Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan al-Hakim).
Dalam melaksanakan puasa. kita berjuang melawan hawa nafsu, mendidik berdisiplin tinggi dan takut melanggar segala larangan Allah walaupun sekecil mungkin. Hal ini besar pengaruhnya dalam meninggikan keperibadian seseorang insan.
Puasa yang dapat membina dan membangun mentaliti manusia ialah yang dilaksanakan dengan penuh keimanan, penghayatan dan keikhlasan kepada Allah. Puasa seperti ini yang akan mendapat ganjaran pahala besar daripada Allah berupa penghapusan dosa seseorang. Ini sesuai dengan sabda Nabi bermaksud:
“Siapa yang berpuasa pada Ramadan kerana iman dan penuh harap, nescaya diampunkan Allah dosa-dosanya yang telah lalu.” – (Hadis riwayat Ahmad).
Mereka yang memiliki keimanan tinggi, tentulah benar-benar berpuasa pada siang harinya. Maksud puasa di sini tentunya puasa dalam pengertian menyeluruh, bukan perut saja yang berpuasa. Sebaliknya semua anggota berpuasa.
Puasa adalah ibadat yang perlu dikerjakan dengan penuh kesungguhan, demi menjamin nilai dan hikmah berpuasa itu.
Setiap Muslim perlu meyakini bahawa setiap ibadat yang Allah perintahkan kepada hamba-Nya mengandung kebaikan dan hikmah tertentu.
Mereka yang berpuasa juga hendaklah menahan nafsu keinginan dan sebarang godaan, menahan perkataan dan perbuatan daripada perkara tercela dan sia-sia, termasuk memelihara segala sesuatu yang boleh mengurangi nilai puasa. Inilah pengertian sebenar puasa.
Nabi bersabda bermaksud:
“Bukanlah puasa itu hanya kerana tidak makan dan minum, tetapi puasa itu juga harus menahan diri daripada ucapan sia-sia dan kotor.” – (Hadis riwayat Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan al-Hakim).
Dalam melaksanakan puasa. kita berjuang melawan hawa nafsu, mendidik berdisiplin tinggi dan takut melanggar segala larangan Allah walaupun sekecil mungkin. Hal ini besar pengaruhnya dalam meninggikan keperibadian seseorang insan.
Puasa yang dapat membina dan membangun mentaliti manusia ialah yang dilaksanakan dengan penuh keimanan, penghayatan dan keikhlasan kepada Allah. Puasa seperti ini yang akan mendapat ganjaran pahala besar daripada Allah berupa penghapusan dosa seseorang. Ini sesuai dengan sabda Nabi bermaksud:
“Siapa yang berpuasa pada Ramadan kerana iman dan penuh harap, nescaya diampunkan Allah dosa-dosanya yang telah lalu.” – (Hadis riwayat Ahmad).
Mereka yang memiliki keimanan tinggi, tentulah benar-benar berpuasa pada siang harinya. Maksud puasa di sini tentunya puasa dalam pengertian menyeluruh, bukan perut saja yang berpuasa. Sebaliknya semua anggota berpuasa.
Puasa adalah ibadat yang perlu dikerjakan dengan penuh kesungguhan, demi menjamin nilai dan hikmah berpuasa itu.
Setiap Muslim perlu meyakini bahawa setiap ibadat yang Allah perintahkan kepada hamba-Nya mengandung kebaikan dan hikmah tertentu.
Senin, 23 Juni 2014
KATA KATA MUTIARA SEORANG ATHEIS
Silahkan untuk berfikir dewasa, karna saya bukan dan tak ingin menjelek jelekkan sistem kepercayaan, Hanya saja seorang Atheis pun mengerti akan kebajikan atau kearifan hidup. Tanpa adanya pengetahuan tentang tuhan ataupun kitab . Dan apakah kita yang BISA disebut sebagai UMAT BERAGAMA kalah dengan pemikiran dan kearifan mutiara mereka ?
Berikut ini adalah penggalan kata - kata mutiara tokoh Atheis yang mungkin bermanfaat dan memotivasi kita :
# Religion is regarded by the common people as true, by the wise as false, and by the rulers as useful. – Seneca the Younger(Agama dianggap oleh awam sebagai kebenaran, oleh orang bijak sebagai kesalahan, dan oleh penguasa sebagai sesuatu yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingannya)
# Two hands working can do more than a thousand clasped in prayer. – Anonymous
(Dua tangan yang bekerja bisa melakukan lebih banyak daripada seribu tangan berdoa)
# You’re basically killing each other to see who’s got the better imaginary friend.-Richard Jeni
(Kamu pada dasarnya saling membunuh satu sama lain untuk mnunjukan siapa diantara kalian yang memiliki teman imajinasi yang lebih baik.)
# The fact that a believer is happier than a skeptic is no more to the point than the fact that a drunken man is happier than a sober one. The happiness of credulity is a cheap and dangerous quality. – George Bernard Shaw
(Fakta bahwa orang yang beriman lebih bahagia di banding orang yang tidak, tidak lebih dari pada fakta orang mabuk lebih bahagia daripada orang yang sadar. kebahagiaannya berkualitas murahan dan berbahaya.)
# Faith means not wanting to know what is true. – Friedrich Nietzsche
( Kepercayaan berarti tidak berkeinginan untuk mengetahui kebenaran)
# Philosophy is questions that may never be answered. Religion is answers that may never be questioned. – Anonymous
(Filosofi adalah pertanyaan yang mungkin takkan pernah terjawab. Agama adalah jawaban yang mungkin takkan pernah dipertanyakan)
# If I were not an atheist, I would believe in a God who would choose to save people on the basis of the totality of their lives and not the pattern of their words. I think he would prefer an honest and righteous atheist to a TV preacher whose every word is God, God, God, and whose every deed is foul, foul, foul. – Isaac Asimov
(Jika aku bukan seorang atheis, aku akan percaya pada tuhan yang akan memilih untuk menyelamatkan orang berdasarkan totalitas dari hidupnya dan bukan berdasarkan pola dari kata katanya. Kupikir tuhan lebih memilih seorang atheis yang jujur dan berbudi, di banding seorang Pengkotbah di TV yangg setiap kata katanya selalu TUHAN, TUHAN, TUHAN, tetapi perbuatanya KOTOR, KOTOR, KOTOR ! )
# Belief in the supernatural reflects a failure of the imagination. – Edward Abbey
(Percaya pada supranatural mencerminkan kegagalan dalam berimajinasi)
# With or without religion, you would have good people doing good things and evil people doing evil things. But for good people to do evil things, that takes religion. – Steven Weinberg
(Dengan atau tanpa agama, tetap akan ada orang baik yang berbuat baik, dan orang jahat yang berbuat jahat. tapi untuk membuat orang baik melakukan hal jahat dibutuhkan agama)
# I still say a church steeple with a lightning rod on top shows a lack of confidence. – Doug McLeod
(Saya tetap berpendapat, sebuah menara gereja dengan sebuah tiang penghantar petir di atasnya menunjukan kurangnya percaya diri)
# The world holds two classes of men – intelligent men without religion, and religious men without intelligence. – Abu’l‐Ala al Ma’arri
(Dunia ini mengandung 2 kelas manusia - Orang pintar yang tak beragama, dan orang beragama yang tak pintar)
# The invisible and the non-existent look very much alike. – Delos B. McKown
(Yang tidak terlihat dan yang tidak ada terlihat sangat mirip)
# Atheism leaves a man to sense, to philosophy, to natural piety, to laws, to reputation; all of which may be guides to an outward moral virtue, even if religion vanished; but religious superstition dismounts all these and erects an absolute monarchy in the minds of men. – Francis Bacon
(Ateisme menuntun manusia kepada akal sehat, filosofi, kearifan alam, hukum, dan reputasi; yang salah satu atau semuanya menuntun pada kebajikan moral di luar kebiasaan, meskipun agama telah musnah; tetapi takhayul agama menurunkan semua ini dan mendirikan monarki absolut dalam pikiran manusia)
# Be thankful that you have a life, and forsake your vain and presumptuous desire for a second one. – Richard Dawkins
(Bersukurlah sudah bisa mendapatkan kehidupan. Tinggalkanlah pemikiran angkuh dan sia sia akan keinginan punya kehidupan kedua )
# What can be asserted without proof can be dismissed without proof. – Christopher Hitchens
(Apa yang dinyatakan tanpa bukti, bisa di bubarkan tanpa bukti juga)
Berikut ini adalah penggalan kata - kata mutiara tokoh Atheis yang mungkin bermanfaat dan memotivasi kita :
# Religion is regarded by the common people as true, by the wise as false, and by the rulers as useful. – Seneca the Younger(Agama dianggap oleh awam sebagai kebenaran, oleh orang bijak sebagai kesalahan, dan oleh penguasa sebagai sesuatu yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingannya)
# Two hands working can do more than a thousand clasped in prayer. – Anonymous
(Dua tangan yang bekerja bisa melakukan lebih banyak daripada seribu tangan berdoa)
# You’re basically killing each other to see who’s got the better imaginary friend.-Richard Jeni
(Kamu pada dasarnya saling membunuh satu sama lain untuk mnunjukan siapa diantara kalian yang memiliki teman imajinasi yang lebih baik.)
# The fact that a believer is happier than a skeptic is no more to the point than the fact that a drunken man is happier than a sober one. The happiness of credulity is a cheap and dangerous quality. – George Bernard Shaw
(Fakta bahwa orang yang beriman lebih bahagia di banding orang yang tidak, tidak lebih dari pada fakta orang mabuk lebih bahagia daripada orang yang sadar. kebahagiaannya berkualitas murahan dan berbahaya.)
# Faith means not wanting to know what is true. – Friedrich Nietzsche
( Kepercayaan berarti tidak berkeinginan untuk mengetahui kebenaran)
# Philosophy is questions that may never be answered. Religion is answers that may never be questioned. – Anonymous
(Filosofi adalah pertanyaan yang mungkin takkan pernah terjawab. Agama adalah jawaban yang mungkin takkan pernah dipertanyakan)
# If I were not an atheist, I would believe in a God who would choose to save people on the basis of the totality of their lives and not the pattern of their words. I think he would prefer an honest and righteous atheist to a TV preacher whose every word is God, God, God, and whose every deed is foul, foul, foul. – Isaac Asimov
(Jika aku bukan seorang atheis, aku akan percaya pada tuhan yang akan memilih untuk menyelamatkan orang berdasarkan totalitas dari hidupnya dan bukan berdasarkan pola dari kata katanya. Kupikir tuhan lebih memilih seorang atheis yang jujur dan berbudi, di banding seorang Pengkotbah di TV yangg setiap kata katanya selalu TUHAN, TUHAN, TUHAN, tetapi perbuatanya KOTOR, KOTOR, KOTOR ! )
# Belief in the supernatural reflects a failure of the imagination. – Edward Abbey
(Percaya pada supranatural mencerminkan kegagalan dalam berimajinasi)
# With or without religion, you would have good people doing good things and evil people doing evil things. But for good people to do evil things, that takes religion. – Steven Weinberg
(Dengan atau tanpa agama, tetap akan ada orang baik yang berbuat baik, dan orang jahat yang berbuat jahat. tapi untuk membuat orang baik melakukan hal jahat dibutuhkan agama)
# I still say a church steeple with a lightning rod on top shows a lack of confidence. – Doug McLeod
(Saya tetap berpendapat, sebuah menara gereja dengan sebuah tiang penghantar petir di atasnya menunjukan kurangnya percaya diri)
# The world holds two classes of men – intelligent men without religion, and religious men without intelligence. – Abu’l‐Ala al Ma’arri
(Dunia ini mengandung 2 kelas manusia - Orang pintar yang tak beragama, dan orang beragama yang tak pintar)
# The invisible and the non-existent look very much alike. – Delos B. McKown
(Yang tidak terlihat dan yang tidak ada terlihat sangat mirip)
# Atheism leaves a man to sense, to philosophy, to natural piety, to laws, to reputation; all of which may be guides to an outward moral virtue, even if religion vanished; but religious superstition dismounts all these and erects an absolute monarchy in the minds of men. – Francis Bacon
(Ateisme menuntun manusia kepada akal sehat, filosofi, kearifan alam, hukum, dan reputasi; yang salah satu atau semuanya menuntun pada kebajikan moral di luar kebiasaan, meskipun agama telah musnah; tetapi takhayul agama menurunkan semua ini dan mendirikan monarki absolut dalam pikiran manusia)
# Be thankful that you have a life, and forsake your vain and presumptuous desire for a second one. – Richard Dawkins
(Bersukurlah sudah bisa mendapatkan kehidupan. Tinggalkanlah pemikiran angkuh dan sia sia akan keinginan punya kehidupan kedua )
# What can be asserted without proof can be dismissed without proof. – Christopher Hitchens
(Apa yang dinyatakan tanpa bukti, bisa di bubarkan tanpa bukti juga)
KEKAYAAN , KESUKSESAN ATAU KASIH SAYANG ?
Suatu
ketika, ada seorang wanita yang kembali pulang ke rumah dari
perjalanannya keluar rumah, dan ia melihat ada 3 orang pria berjanggut
yang duduk di halaman depan. Wanita itu tidak mengenal mereka semua.
Wanita itu berkata dengan senyumnya yang khas: “Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti orang baik-baik yang sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk mengganjal perut”.
Pria berjanggut itu lalu balik bertanya, “Apakah suamimu sudah pulang?”
Wanita itu menjawab, “Belum, dia sedang keluar”.
“Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suamimu kembali”, kata pria itu.
Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang isteri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya, “Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini”.
Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam.
“Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama”, kata pria itu hampir bersamaan.
“Lho, kenapa? tanya wanita itu karena merasa heran.
Salah seseorang pria itu berkata, “Nama dia Kekayaan,” katanya sambil menunjuk seorang pria berjanggut di sebelahnya, “sedangkan yang ini bernama Kesuksesan, sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya. Sedangkan aku sendiri bernama Kasih-Sayang. Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapa diantara kami yang boleh masuk ke rumahmu.”
Wanita itu kembali masuk ke dalam, dan memberitahu pesan pria di luar. Suaminya pun merasa heran. “Ohho…menyenangkan sekali. Baiklah, kalau begitu, coba kamu ajak si Kekayaan masuk ke dalam. Aku ingin rumah ini penuh dengan Kekayaan.”
Istrinya tak setuju dengan pilihan itu.
Ia bertanya, “Sayangku, kenapa kita tak mengundang si Kesuksesan saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen ladang pertanian kita.”
Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah. “Bukankah lebih baik jika kita mengajak si Kasih-sayang yang masuk ke dalam? Rumah kita ini akan nyaman dan penuh dengan kehangatan Kasih-sayang.”
Suami-istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka. “Baiklah, ajak masuk si Kasih-sayang ini ke dalam. Dan malam ini, Si Kasih-sayang menjadi teman santap malam kita.”
Wanita itu kembali ke luar, dan bertanya kepada 3 pria itu. “Siapa diantara Anda yang bernama Kasih-sayang? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kita malam ini.”
Si Kasih-sayang berdiri, dan berjalan menuju beranda rumah. Ohho.. ternyata, kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta. Karena merasa ganjil, wanita itu bertanya kepada si Kekayaan dan si Kesuksesan.
“Aku hanya mengundang si Kasih-sayang yang masuk ke dalam, tapi kenapa kamu ikut juga?”
Kedua pria yang ditanya itu menjawab bersamaan. “Kalau Anda mengundang si Kekayaan, atau si Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar. Namun, karena Anda mengundang si Kasih-sayang, maka, kemana pun Kasih sayang pergi, kami akan ikut selalu bersamanya. Dimana ada Kasih-sayang, maka kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut serta. Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami berdua ini buta. Dan hanya si Kasih-sayang yang bisa melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan, kepada jalan yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan. Saat kami menjalani hidup ini.”
Semoga kasih sayang selalu memenuhi kehidupan kita...
Wanita itu berkata dengan senyumnya yang khas: “Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti orang baik-baik yang sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk mengganjal perut”.
Pria berjanggut itu lalu balik bertanya, “Apakah suamimu sudah pulang?”
Wanita itu menjawab, “Belum, dia sedang keluar”.
“Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suamimu kembali”, kata pria itu.
Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang isteri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya, “Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini”.
Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam.
“Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama”, kata pria itu hampir bersamaan.
“Lho, kenapa? tanya wanita itu karena merasa heran.
Salah seseorang pria itu berkata, “Nama dia Kekayaan,” katanya sambil menunjuk seorang pria berjanggut di sebelahnya, “sedangkan yang ini bernama Kesuksesan, sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya. Sedangkan aku sendiri bernama Kasih-Sayang. Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapa diantara kami yang boleh masuk ke rumahmu.”
Wanita itu kembali masuk ke dalam, dan memberitahu pesan pria di luar. Suaminya pun merasa heran. “Ohho…menyenangkan sekali. Baiklah, kalau begitu, coba kamu ajak si Kekayaan masuk ke dalam. Aku ingin rumah ini penuh dengan Kekayaan.”
Istrinya tak setuju dengan pilihan itu.
Ia bertanya, “Sayangku, kenapa kita tak mengundang si Kesuksesan saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen ladang pertanian kita.”
Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah. “Bukankah lebih baik jika kita mengajak si Kasih-sayang yang masuk ke dalam? Rumah kita ini akan nyaman dan penuh dengan kehangatan Kasih-sayang.”
Suami-istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka. “Baiklah, ajak masuk si Kasih-sayang ini ke dalam. Dan malam ini, Si Kasih-sayang menjadi teman santap malam kita.”
Wanita itu kembali ke luar, dan bertanya kepada 3 pria itu. “Siapa diantara Anda yang bernama Kasih-sayang? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kita malam ini.”
Si Kasih-sayang berdiri, dan berjalan menuju beranda rumah. Ohho.. ternyata, kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta. Karena merasa ganjil, wanita itu bertanya kepada si Kekayaan dan si Kesuksesan.
“Aku hanya mengundang si Kasih-sayang yang masuk ke dalam, tapi kenapa kamu ikut juga?”
Kedua pria yang ditanya itu menjawab bersamaan. “Kalau Anda mengundang si Kekayaan, atau si Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar. Namun, karena Anda mengundang si Kasih-sayang, maka, kemana pun Kasih sayang pergi, kami akan ikut selalu bersamanya. Dimana ada Kasih-sayang, maka kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut serta. Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami berdua ini buta. Dan hanya si Kasih-sayang yang bisa melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan, kepada jalan yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan. Saat kami menjalani hidup ini.”
Semoga kasih sayang selalu memenuhi kehidupan kita...
CERITA INSPIRATIF
Kisah Laki-Laki dan Keledainya
Suatu ketika seorang laki-laki beserta anaknya membawa seekor keledai ke pasar. Di tengah jalan, beberapa orang melihat mereka dan menyengir, "Lihatlah orang-orang dungu itu. Mengapa mereka tidak naik ke atas keledai itu?"Laki-laki itu mendengar perkataan tersebut. Ia lalu meminta anaknya naik ke atas keledai. Seorang perempuan tua melihat mereka, "Sudah terbalik dunia ini! Sungguh anak tak tahu diri! Ia tenang-tenang di atas keledai sedangkan ayahnya yang tua dibiarkan berjalan."
Kali ini anak itu turun dari punggung keledai dan ayahnya yang naik. Beberapa saat kemudian mereka berpapasan dengan seorang gadis muda. "Mengapa kalian berdua tidak menaiki keledai itu bersama-sama?"
Mereka menuruti nasehat gadis muda itu. Tidak lama kemudian sekelompok orang lewat. "Binatang malang...., ia menanggung beban dua orang gemuk tak berguna. Kadang-kadang orang memang bisa sangat kejam!"
Sampai di sini, ayah dan anak itu sudah muak. Mereka memutuskan untuk memanggul keledai itu. Melihat kejadian itu, orang-orang tertawa terpingkal-pingkal, "Lihat, manusia keledai memanggul keledai!" sorak mereka.
Jika anda berusaha menyenangkan semua orang, bisa jadi anda tak akan dapat menyenangkan siapa pun.
Minggu, 18 Mei 2014
Untukmu Nak ..... | PESAN BAPAK KEPADA ANAKNYA
Seorang pemuda duduk di hadapan laptopnya. Login facebook. Pertama kali yang dicek adalah inbox.
Hari ini dia melihat sesuatu yang tidak pernah dia pedulikan selama ini. Ada 2 dua pesan yang selama ini ia abaikan. Pesan pertama, spam. Pesan kedua…..dia membukanya.
Ternyata ada sebuah pesan beberapa bulan yang lalu.
Diapun mulai membaca isinya:
“Assalamu’alaikum. Ini kali pertama Bapak mencoba menggunakan facebook. Bapak mencoba menambah kamu sebagai teman sekalipun Bapak tidak terlalu paham dengan itu. Lalu bapak mencoba mengirim pesan ini kepadamu. Maaf, Bapak tidak pandai mengetik. Ini pun kawan Bapak yang mengajarkan.
Bapak hanya sekedar ingin mengenang. Bacalah !
Saat kamu kecil dulu, Bapak masih ingat pertama kali kamu bisa ngomong. Kamu asyik memanggil : Bapak, Bapak, Bapak. Bapak Bahagia sekali rasanya anak lelaki Bapak sudah bisa me-manggil2 Bapak, sudah bisa me-manggil2 Ibunya”.
Bapak sangat senang bisa berbicara dengan kamu walaupun kamu mungkin tidak ingat dan tidak paham apa yang Bapak ucapkan ketika umurmu 4 atau 5 tahun. Tapi, percayalah. Bapak dan Ibumu bicara dengan kamu sangat banyak sekali. Kamulah penghibur kami setiap saat.walaupun hanya dengan mendengar gelak tawamu.
Saat kamu masuk SD, bapak masih ingat kamu selalu bercerita dengan Bapak ketika membonceng motor tentang apapun yang kamu lihat di kiri kananmu dalam perjalanan.
Ayah mana yang tidak gembira melihat anaknya telah mengetahui banyak hal di luar rumahnya.
Bapak jadi makin bersemangat bekerja keras mencari uang untuk biaya kamu ke sekolah. Sebab kamu lucu sekali. Menyenangkan. Bapak sangat mengiginkan kamu menjadi anak yang pandai dan taat beribadah.
Masih ingat jugakah kamu, saat pertama kali kamu punya HP? Diam2 waktu itu Bapak menabung karena kasihan melihatmu belum punya HP sementara kawan2mu sudah memiliki.
Ketika kamu masuk SMP kamu sudah mulai punya banyak kawan-kawan baru. Ketika pulang dari sekolah kamu langsung masuk kamar. Mungkin kamu lelah setelah mengayuh sepeda, begitu pikir Bapak. Kamu keluar kamar hanya pada waktu makan saja setelah itu masuk lagi, dan keluarnya lagi ketika akan pergi bersama kawan-kawanmu.
Kamu sudah mulai jarang bercerita dengan Bapak. Tahu2 kamu sudah mulai melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi lagi. Kamu mencari kami saat perlu2 saja serta membiarkan kami saat kamu tidak perlu.
Ketika mulai kuliah di luar kotapun sikap kamu sama saja dengan sebelumnya. Jarang menghubungi kami kecuali disaat mendapatkan kesulitan. Sewaktu pulang liburanpun kamu sibuk dengan HP kamu, dengan laptop kamu, dengan internet kamu, dengan dunia kamu.
Bapak bertanya-tanya sendiri dalam hati. Adakah kawan2mu itu lebih penting dari Bapak dan Ibumu? Adakah Bapak dan Ibumu ini cuma diperlukan saat nanti kamu mau nikah saja sebagai pemberi restu? Adakah kami ibarat tabungan kamu saja?
Kamu semakin jarang berbicara dengan Bapak lagi. Kalau pun bicara, dengan jari-jemari saja lewat sms. Berjumpa tapi tak berkata-kata. Berbicara tapi seperti tak bersuara. Bertegur cuma waktu hari raya. Tanya sepatah kata, dijawab sepatah kata. Ditegur, kamu buang muka. Dimarahi, malah menjadi-jadi.
Malam ini, Bapak sebenarnya rindu sekali pada kamu.
Bukan mau marah atau mengungkit-ungkit masa lalu. Cuma Bapak sudah merasa terlalu tua. Usia Bapak sudah diatas 60 an. Kekuatan Bapak tidak sekuat dulu lagi.
Bapak tidak minta banyak…
Kadang-kadang, Bapak cuma mau kamu berada di sisi bapak. Berbicara tentang hidup kamu. Meluapkan apa saja yang terpendam dalam hati kamu. Menangis pada Bapak. Mengadu pada Bapak.Bercerita pada Bapak seperti saat kamu kecil dulu.
Andaipun kamu sudah tidak punya waktu samasekali berbicara dengan Bapak, jangan sampai kamu tidak punya waktu berbicara dengan Alloh.
Jangan letakkan cintamu pada seseorang didalam hati melebihi cintamu kepada Alloh.
Mungkin kamu mengabaikan Bapak, namun jangan kamu sekali2 mengabaikan Allah.
Maafkan Bapak atas segalanya. Maafkan Bapak atas curhat Bapak ini. Jagalah solat. Jagalah hati. Jagalah iman. ”
Pemuda itu meneteskan air mata, terisak. Dalam hati terasa perih tidak terkira...................
Bagaimana tidak ?
Sebab tulisan ayahandanya itu dibaca setelah 3 bulan beliau pergi untuk selama-lamanya
Sabtu, 17 Mei 2014
SYAITAN BERKALUNG SORBAN
Adakah Kyai Penyebar Dosa?
Dan kadang justru kemudian dipopulerkan oleh orang-orang yang tidak waras tapi menguasai media atau sarana lainnya. Anda masih ingat orang yang memakan mayat? Bagaimana dia? Justru dipopulerkan oleh orang-orang tidak waras dan dikenal di seluruh Indonesia bukan ?
Kalau hanya bertanya tentang kyai yang menyebar dosa, ya tidak usah djawab. Mungkin ada, mungkin bahkan banyak. Persoalannya bukan masalah ada atau tidak, namun jangan-jangan masyarakat tidak menyadarinya, bahkan pelakunya juga tidak merasa. Padahal dampak perusakannya sangat dahsyat. Itu yang jadi masalah.
Suatu gambaran, bisa digambarkan. Seorang kyai, dulu waktu remajanya merupakan anak kyai yang dihormati mayarakat. Anak kyai ini biasa manja dan tidak pernah dimarahi oleh siapapun, bahkan ayahnya juga tidak pernah memarahinya. Tidak seperti kepada anak-anak yang lain.
Perlu diingat, seorang anak kadang jadi manja dan tidak pernah dimarahi, berbeda dengan anak-anak yang lain, karena ada beberapa kemungkinan. Mungkin anak itu punya karakter rawan, misalnya dimarahi langsung sakit, maka orang tuanya tak lagi memarahinya walau bersalah.
Mungkin karena anak pertama, atau terakhir, atau pertama laki-laki dari anak-anak perempuan, atau pertama perempuan dari anak-anak laki- laki ; dan berbagai sebab lainnya. Atau yang terburuk adalah karena anak itu pandai pura-pura di depan orang tuanya hingga kelihatannya benar terus atau baik terus. Itu sebanding buruknya dengan yang pintar berdusta dan beralasan logis (walau isinya dusta) di depan orang tuanya.
Nah, gambaran anak kyai yang masih remaja ini adalah anak yang tidak pernah tampak salah di depan orang tuanya. Tampak tunduk, bahkan cium tangan kepada ibu bapaknya. Suaranya lembut dan sebagainya. Tetapi di balik itu dia menyembunyikan kenakalannya bahkan kebangkangannya.
Yaitu sering-sering tidak ikut shalat berjamaah ke masjid. Dan itu dilakukan dengan berbagai cara, hingga tidak begitu ketahuan, karena bapaknya yang jadi imam masjid pun tidak mungkin setiap waktu menengok apakah anaknya ada atau tidak. Karena jamaahnya cukup banyak.
Ketika anak kyai ini sudah nikah, kebiasaan tidak shalat berjamaah ke masjid makin menjadi-jadi. Karena rumahnya sudah tidak menyatu lagi dengan rumah orang tuanya walau masih di lingkugan masjid. Ketika kyai sepuh wafat, sang anak ini pun menggantikan orang tuanya sebagai kyai untuk memimpin masjid. Tetapi tampaknya justru yang lebih sering datang ke masjid dan mengimami shalat berjamaah adalah asistennya.
Pada awal-awalnya jamaah masjid tidak mempersoalkannya, dan kegiataan shalat berjamaah pun berlangsung biasa saja. Tetapi dalam jangka sekian waktu, tahu-tahu jamaah masjid semakin surut, mreteli satu persatu bagai daun berguguran di musim kering.
Lingkungan masjid itu kemudian tampak sulit melangkahkan kaki ke masjid. Imam shalat kadang sudah menunggu-nunggu setelah adzan, tapi jarang orang masuk ke masjid.Kenapa jadi begini? Apakah mereka tidak giat ke masjid lagi itu gara-gara mengikuti jejak kyai muda yang malas ke masjid? Atau memang hati mereka masing-masing tertutup oleh godaan dunia yang lebih mereka anggap lebih menjanjikan?
Persoalannya bukan hanya sampai di situ. Gambaran kyai muda malas ke masjid itu ternyata dampaknya merambat ke mana-mana. Masjid-masjid kosong. Di mana-mana dikeluhkan seperti itu.
Kenapa?
Karena tipe seperti gambaran kyai muda itu tidak hanya ada di satu tempat, tetapi ada di berbagai tempat. Dan celakanya, ketika kyai-kyai muda itu merupakan pengganti kyai-kyai besar di pusat-pusat pendidikan Islam. Maka akibatnya ditiru oleh orang-orang yang belajar di situ dari berbagai daerah.
Sehingga secara serempak terjadilah peristiwa kosongnya masjid-masjid dari jamaah di berbagai tempat akibat pengaruh kyai-kyai muda yang malas ke masjid, yang mereka sudah menggantikan para kyai tua, yakni orang tua mereka yang telah meninggal.
Lebih celaka lagi, sebagian kyai muda itu ada yang malahan menjadi agen-agen aliran sesat syiah dan sebagainya. Jadi berganda-ganda lah keburukan bahkan dosa yang mereka sebarkan. Dan jumlahnya bukan hanya satu dua orang.
Ada juga yang jadi politikus namun lebih kental hubungannya dengan orang-orang kafir bahkan dikenal sebagai pengkhianat dan sulit dipercaya. Ada juga yang jadi penggerak untuk menjaga tempat-tempat persembahan orang-orang kafir terutama di hari-hari raya mereka.
Bahkan tidak malu-malu mengadakan perayaan agama orang kafir di kantor mereka, hingga orang kafir pemilik hari raya kekafiran itu justru jadi para tamu. Padahal sudah ada ancamannya dalam Hadits :
"Kiamat tidak akan terjadi hingga sekelompok kabilah diantara umatku mengikuti orang-orang musyrik dan sampai-sampai berhalapun di sembah". (HR : Ibnu Hiban).
Ya Allah, kenapa di bumi-Mu ini gejala banyaknya pengganti-pengganti para penolong agama-MU justru kau menjadi penggembos bahkan perusak agama-MU, ya Allah…
Ya Allah, kenapa gejala para pengganti dari para pemakmur masjid-masjid-Mu kini banyak yang menjadi peroboh masjid-masjid itu dari hidayah-Mu walau tampaknya bangunan-bangunan masjid justru megah-megah ya Allah…
Firman Allah :
"Apakah ini merupakan salah satu bentuk dari musibah yang telah Engkau kisahkan adanya kejadian zaman dahulu, ya Allah …" (QS : Maryam : 56)
" .. Ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi " (QS : Maryak m : 57)
"Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi" (QS : Maryam : 58)
"Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, Yaitu Para Nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, Maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis" (QS : Maryam : 59)
"Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan menemui kesesatan,60. kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, Maka mereka itu akan masuk syurga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun". (QS : Maryam: 60)
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, dan dosa orang tua kami. Sayangilah kami sebagaimana orang tua kami mengelola kami waktu kecil. Ya Allah Yang Maha membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati kami atas agamaMU.
Ya Allah tunjukkanlah kami kebenaran itu benar dan berilah rizqi kami untuk mampu mengikutinya, dan tunjukkanlah kami kebatilan itu batil, dan beri rizki kami untuk mampu menjauhinya.
Aamiin ya Rabbal ‘alamiin. (Hartono Ahmad Jaiz)
DESIGN BARU
Assalamualaikum
silahkan akhi, semoga berminat
Struggle Brotherhood Holy Creature.Inc
silahkan akhi, semoga berminat
Struggle Brotherhood Holy Creature.Inc
Code : TM
Print : Rubber Foaming
Material : Combet 30s/Cardet30s
IDR : 80K
Contact : 089-681-320-694
Sukran Katsiran, Barakallah
Senin, 12 Mei 2014
LOGIKAMU TAK SEPADAN DENGAN IMANKU
Underground Tauhid–Seorang dosen Atheis di negara
Perancis sedang memberikan mata kuliah. Disela-sela mengajar dosen ini
nyeletuk. “Tuhan tidak ada.”
Seketika itu semua mahasiswa diam.
Sang dosen melanjutkan ucapanya, Ini buktinya.
Coba yang ada diruangan ini minta uang ke Tuhan, detik ini juga minta dikasih!
Beberapa detik kemudian, dosen tertawa.
“Tuh kan, Tuhan kalian tidak kasih uang” ungkap sang dosen.
Jadi adalah goblog bila selama ini menyembah Tuhan yang notabene barang abstrak dan tidak ada, tidak bisa dilihat keberadaannya.
Hening suasana dalam ruangan kelas, para mahasiswa saling berpandangan.
Tiba-tiba dari pojok belakang, seorang mahasiswa bertanya:
“Pa Dosen, boleh saya nanya?” tanya mahasiswa.
“oo tentu saja, silahkan. Asal jangan nanya Tuhan dimana? ya, karena memang tidak ada” jawab dosen dengan wajah tersenyum.
Mahasiswa itu melanjutkan ucapanya :” Tidak bahas Tuhan, begini. saya mau nanya, Saya tidak bisa melihat Otak Pak Dosen, apakah berarti saya bisa membuat kesimpulan bahwa Pak Dosen itu juga tidak punya otak?”
Seketika itu seluruh ruangan menjadi ramai dan wajah dosen berubah 180 derajat, dari wajah tertawa yang cenderung menyeringai menjadi wajah malu.
58. Dan apabila kamu menyeru
(mereka) untuk (mengerjakan) sembahyang, mereka menjadikannya buah ejekan dan
permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak
mau mempergunakan akal.( QS Al Maidah : 58)
Seketika itu semua mahasiswa diam.
Sang dosen melanjutkan ucapanya, Ini buktinya.
Coba yang ada diruangan ini minta uang ke Tuhan, detik ini juga minta dikasih!
Beberapa detik kemudian, dosen tertawa.
“Tuh kan, Tuhan kalian tidak kasih uang” ungkap sang dosen.
Jadi adalah goblog bila selama ini menyembah Tuhan yang notabene barang abstrak dan tidak ada, tidak bisa dilihat keberadaannya.
Hening suasana dalam ruangan kelas, para mahasiswa saling berpandangan.
Tiba-tiba dari pojok belakang, seorang mahasiswa bertanya:
“Pa Dosen, boleh saya nanya?” tanya mahasiswa.
“oo tentu saja, silahkan. Asal jangan nanya Tuhan dimana? ya, karena memang tidak ada” jawab dosen dengan wajah tersenyum.
Mahasiswa itu melanjutkan ucapanya :” Tidak bahas Tuhan, begini. saya mau nanya, Saya tidak bisa melihat Otak Pak Dosen, apakah berarti saya bisa membuat kesimpulan bahwa Pak Dosen itu juga tidak punya otak?”
Seketika itu seluruh ruangan menjadi ramai dan wajah dosen berubah 180 derajat, dari wajah tertawa yang cenderung menyeringai menjadi wajah malu.
Jumat, 09 Mei 2014
KIAMAT , SEMAKIN CEPAT SEMAKIN DEKAT
Sobat! Dalam pepatah Jawa dinyatakan “belo melu seton“. Pepatah ini secara harfiah berarti seperti belo (anak kuda) ikut seton (setu-an). Seton adalah sebuah acara latihan menunggang kuda, dan perang tombak, yang biasa dilakukan oleh raja-raja Jawa di masa lalu. Biasanya acara ini dilakukan pada setiap hari Sabtu, dan kebiasan yang dilakukan di hari Sabtu (dalam bahasa jawa disebut setu) inilah yang kemudian menjadi istilah seton yang berasal dari kata dasar setu + an. Dalam acara seperti itu kadang belo ikut serta induknya. Jelas saja belo tidak terlibat apa pun dalam acara seton tersebut. Belo ikut datang pada acara seton tanpa bisa ikut andil dan juga belum pantas untuk ikut ambil bagian dalam acara penting ini.
Kondisi ini kemudian menjadi perumpamaan bagi setiap orang yang hanya ikut-ikutan dalam suatu urusan tanpa mengerti maksud dan juga tidak punya kapasitas untuk ambil bagian dalam urusan tersebut. Dapat ditebak betapa besar kekacaun yang terjadi, bila orang yang tidak memiliki kapasitas baik secara fisik maupun nalar atau lainnya ikut ambil bagian dalam suatu masalah.
Wajar saja bila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu keras memperingatkan ummatnya agar mewaspadai orang-orang yang seperti tergambar dalam pepatah di atas. Beliau bersabda:
( إذا ضيعت الأمانة فانتظر الساعة ) . قال كيف إضاعتها يا رسول الله ؟ قال ( إذا أسند الأمر إلى غير أهله فانتظر الساعة )
“Bila amanat telah disia-siakan maka nantikan saja datangnya kiamat (kehancuran). Salah seorang sahabat bertanya: Wahai Rasulullah! bagaimana amanat dapat disia-siakan? Beliau menjawab: Bila suatu urusan telah diserahkan kepada orang yang tidak pantas menerimanya, maka nantikanlah kiamat (kehancuran)” (HR. Al Bukhary)
Bangsa kita pernah melakukan kesalahan besar ini, yaitu disaat mempercayakan kepemimpinan negri tercinta ini kepada orang yang tidak tepat. Betapa banyak pundi pundi emas negri ini di jual kepada asing, hutan dijarah ramai – ramai, preman merajalela, kekacauan di mana- mana, pasukan “ngebor” menebar pornografi dan pornoaksi, PKI dibela dengan dihapusnya UU anti PKI, dan sebagian bumi pertiwi berhasil dirampas oleh orang lain, dan masih banyak lagi kerusakan yang hingga kini masih terasa dampaknya.
Dan orang-orang yang kemarin telah merusak bangsa ini, kini sedang berupaya keras untuk dapat kembali memimpin negri tercinta ini. Ya Allah lindungilah kami dari kejahatan para penjahat dan selamatkan negri kami dari orang-orang yang akan menuntun kami ke jurang kehancuran. AMiin.
—
Penulis: Ustadz Dr. Muhammad Arifin Baderi, Lc., MA.
Kondisi ini kemudian menjadi perumpamaan bagi setiap orang yang hanya ikut-ikutan dalam suatu urusan tanpa mengerti maksud dan juga tidak punya kapasitas untuk ambil bagian dalam urusan tersebut. Dapat ditebak betapa besar kekacaun yang terjadi, bila orang yang tidak memiliki kapasitas baik secara fisik maupun nalar atau lainnya ikut ambil bagian dalam suatu masalah.
Wajar saja bila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu keras memperingatkan ummatnya agar mewaspadai orang-orang yang seperti tergambar dalam pepatah di atas. Beliau bersabda:
( إذا ضيعت الأمانة فانتظر الساعة ) . قال كيف إضاعتها يا رسول الله ؟ قال ( إذا أسند الأمر إلى غير أهله فانتظر الساعة )
“Bila amanat telah disia-siakan maka nantikan saja datangnya kiamat (kehancuran). Salah seorang sahabat bertanya: Wahai Rasulullah! bagaimana amanat dapat disia-siakan? Beliau menjawab: Bila suatu urusan telah diserahkan kepada orang yang tidak pantas menerimanya, maka nantikanlah kiamat (kehancuran)” (HR. Al Bukhary)
Bangsa kita pernah melakukan kesalahan besar ini, yaitu disaat mempercayakan kepemimpinan negri tercinta ini kepada orang yang tidak tepat. Betapa banyak pundi pundi emas negri ini di jual kepada asing, hutan dijarah ramai – ramai, preman merajalela, kekacauan di mana- mana, pasukan “ngebor” menebar pornografi dan pornoaksi, PKI dibela dengan dihapusnya UU anti PKI, dan sebagian bumi pertiwi berhasil dirampas oleh orang lain, dan masih banyak lagi kerusakan yang hingga kini masih terasa dampaknya.
Dan orang-orang yang kemarin telah merusak bangsa ini, kini sedang berupaya keras untuk dapat kembali memimpin negri tercinta ini. Ya Allah lindungilah kami dari kejahatan para penjahat dan selamatkan negri kami dari orang-orang yang akan menuntun kami ke jurang kehancuran. AMiin.
—
Penulis: Ustadz Dr. Muhammad Arifin Baderi, Lc., MA.
Rabu, 07 Mei 2014
REPUBLIK PEDOFIL INDONESIA | BEJADNYA AKHLAK REPUBLIK THAGUT INI - shoutussalam.com
Indonesia Pencabul Pedofil Tertinggi Asia dan Penonton Situs Porno Keempat Dunia
Dengan gelar salah satu negara muslim terbesar di dunia tidak menjadi jaminan bahwa islam mewarnai keseharian penduduknya. Dari fakta yang muncul, kehidupan kesusilaan rakyat Indonesia sangat bobrok dan parah.Tingginya angka serangan seksual terhadap anak-anak di Indonesia disebutkan oleh Interpol dan Federal Bureau Investigasi (FBI)—biro investigasi Amerika Serikat.
“Mereka mengatakan kasus pedofilia di Indonesia tertinggi di Asia,” kata Kepala Bareskrim Mabes Polri Komisaris Jenderal Suhardi Alius kepada Tempo pekan lalu. Namun ia tidak bersedia menyebut angka yang ditunjukkan oleh dua lembaga itu.
Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan tren kasus kekerasan seksual terhadap anak meningkat. Pada 2012 korbannya 256 orang dan pada 2013 menjadi 378 orang. Korbannya 60 persen anak laki-laki dan 40 persen anak perempuan.
Sementara itu angka mutakhir untuk akses pornografi dengan kata kunci sex menunjukkan, Indonesia sebagai peringkat ke-4 rata-rata sedunia hanya di mesin pencari google.com saja.
Bahkan yang memprihatinkan, semakin hari kecenderungan pelaku atau korban bugil depan kamera semakin muda, yakni pelajar SMP,Hal ini dikatakan Ketua Gerakan ‘Jangan Bugil Depan Kamera’ (JBDK), Peri Farouk dalam kegiatan Peran Humas dalam Upaya Pencegahan Penyebarluasan Materi Pornografi di Masyarakat yang diadakan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dikutip dari Harian Terbit (06/05/2014).
“Sebesar 90 persen dari ribuan lebih video porno yang telah beredar dilakukan para remaja yang 100 persen merupakan orang Indonesia asli. Remaja tersebut masih berstatus pelajar atau mahasiswa,” terang Peri.
“Bahkan yang memprihatinkan, semakin hari kecenderungan pelaku atau korban bugil depan kamera semakin muda, yakni pelajar SMP,” keluh Peri. Innalillahi wa inna ilaihi raji’uun….
KARENA MANHAJ DAN AQIDAH YANG TIDAK ISLAMIYAH LDII SESAT
Dari Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلاَ وَإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً: إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ، أَلاَ وَهِيَ القَلْبُ
Ketahuilah, di dalam jasad ini ada segumpal daging. Apabila dia baik, maka seluruh jasad akan baik. Jika segumpal daging ini rusak, maka seluruh badan akan rusak. Segumpal daging ini adalah hati. (HR. Bukhari 52, Muslim 1599, dan yang lainnya).
Demikianlah pengaruh besar hati. Dia ibarat raja, sementara anggota badan lainnya layaknya pasukan, yang hanya akan bergerak sesuai kehendak sang raja. Lalu apa yang mengendalikan hati?
Jawabannya adalah ideologi, keyakinan, dan aqidah. Inilah pengendali hati. Manusia rela untuk melakukan apapun, demi ideologi. Orang syiah rela untuk melumuri badannya dengan kotoran tokoh mereka, karena ideologi. Orang LDII rela membayar ratusan juta, karena ideologi. Bahkan ada orang yang rela nyumbang nyawa dengan bom bunuh diri, semua karena ideologi. Manusia bersedia untuk melakukan apapun, demi ideologi yang dia miliki.
Karena itulah, ideologi tidak mungkin dilawan dengan kekerasan. Melibatkan kekerasan, justru membuat ideologi semakin mengakar dalam diri seseorang. Yang bisa kita lakukan adalah melawan ideologi dengan ideologi. Patahkan alasan ideologi kelompok sesat, untuk dikembalikan kepada ideologi yang benar.
Landasan Ideologi LDII
Banyak orang yang merasa resah dengan keberadaan LDII di Indonesia. Meskipun berkali-kali lembaga terkait telah mengeluarkan fatwa sesat dan mendesak pemerintah untuk membubarkan LDII, namun hingga sekarang, kelompok ‘pecandu imam’ ini masih bisa lestari di tempat kita. Menunjukkan betapa Indonesia merupakan lahan yang sangat subur untuk penyebaran semua aliran menyimpang.Yang lebih penting di sini, memahami landasan ideologi LDII. Dimana, karena ideologi ini, mereka menjadi kelompok ekstrim eksklusif, hingga menganggap sesat atau bahkan kafir semua orang yang berada di luar kelompoknya, dan klaim hanya mereka yang pasti masuk surga.
Berikut beberapa bukti pernyataan tokoh LDII, yang menunjukkan sikap ekstrim mereka kepada kaum muslimin lainnya,
Dalam salah satu makalah LDII dinyatakan:
“Dan dalam nasehat supaya ditekankan bahwa bagaimanapun juga cantiknya dan gantengnya orang-orang di luar jama’ah, mereka itu adalah orang kafir, musuh Allah, musuh orang iman, calon ahli neraka, yang tidak boleh dikasihi,” (Makalah LDII berjudul Pentingnya Pembinaan Generasi Muda Jama’ah dengan kode H/ 97, halaman 8).
Kemudian, keterangan Imam LDII dalam teks yang berjudul ”Rangkuman Nasehat Bapak Imam” di CAI (Cinta Alam Indonesia, semacam jambore nasional khusus untuk muda mudi LDII) di Wonosalam, Jombang tahun 2000. Pada poin ke-20 (dari 50 poin dalam 11 halaman), dinyatakan,
“Dengan banyaknya bermunculan jamaah-jamaah sekarang ini, semakin memperkuat kedudukan jamaah kita (LDII, pen.). Karena betul-betul yang pertama ya jamaah kita. Maka dari itu jangan sampai kefahamannya berubah, sana dianggap baik, sana dianggap benar, akhirnya terpengaruh ikut sana. Kefahaman dan keyakinan kita supaya dipolkan. Bahwa yang betul-betul wajib masuk sorga ya kita ini.” (CAI 2000, Rangkuman Nasehat Bapak Imam di CAI Wonosalam, poin ke-20)
Kita kembali ideologi LDII. Sebenarnya apa landasan ideologi LDII, sehingga mereka tega mengkafirkan dan menyesatkan seluruh kaum muslimin di luar kelompoknya? Bahkan berani main kapling surga seenaknya.
Ada beberapa doktrin yang menjadi ideologi LDII. Agar lebih terarah, di bagian ini kita akan fokuskan untuk mengkaji ideologi manqul. Karena ini yang paling mendasar.
Apa itu Manqul LDII?
Manqul artinya dinukil, diambil langsung dari sumbernya dengan berhadap-hadapan. Tidak melalui tulisan, atau media komunikasi lainnya. Misalnya Seorang murid A dianggap manqul ke guru B, ketika A mendatangi B untuk mempelajari ilmu tertentu darinya.Secara garis besar, doktrin manqul LDII sebagai berikut,
- Ilmu itu dianggap sah jika terpenuhi 3 syarat [1] manqul (diterima langsung dari guru), [2] musnad (mempunyai sandaran yang disebut sanad), dan [3] mutashil (bersambung) sampai ke Rasulullah. Sehingga ilmu baru dianggap sah jika memiliki kriteria Manqul Musnad Muttashil (MMM).
- Pengakuan Nur Hasan bahwa dia belajar hadis di Mekah belasan tahun, memberi pengaruh kuat kepada masyarakat yang awam tentang islam. Sehingga mudah percaya dengan apa yang diucapkan Nur Hasan.
- Nur Hasan mengklaim, dirinya satu-satunya yang memiliki sanad muttashil(bersambung) untuk semua kitab hadis. Dia juga mengklaim bahwa dirinya satu-satunya jalur untuk menimba ilmu yang sah secara musnad muttashil di Indonesia bahkan di seluruh dunia.
- Atas dasar itu, mereka memiliki doktrin bahwa ilmu hanya sah jika dimanqul dari Nur Hasan dan murid-muridnya.
- Bila ilmu tidak MMM dari Nur Hasan dan murid-muridnya maka ilmunya tidak sah.
- Konsekwensinya seluruh ibadah dilakukan tanpa dasar ilmu yang sah.
- Jika ilmu tidak sah, maka semua amal tidak sah alias batal. Sehingga syahadatnya batal, shalatnya batal, puasanya batal, zakatnya batal, dan semua amalnya batal.
- Orang yang semua amalnya batal maka dia kafir. Dan setiap orang kafir maka dia najis, tidak boleh menikah dengan mereka, dst.
Ada dua orang A dan B yang sama-sama ingin belajar shahih Bukhari.
Si A manqul kitab shahih Bukhari dari X (seorang dai LDII), dengan dia mendatangi X dan X akan membacakan isi kitab shahih Bukhari kepada si A. sementara si B membaca sendiri kitab shahih Bukhari, tanpa mendatangi si X.
Menurut LDII, ilmu yang diperoleh si A dengan cara manqul ke X adalah ilmu yang sah. Dengan itu, si A bisa mengamalkan ilmu tersebut. Sementara, ilmu yang diperoleh si B dengan belajar dan membaca sendiri shahih Bukhari, dinilai tidak sah, dan belum sah juga untuk diamalkan.
Meskipun kesimpulan yang dimiliki si A dan si B 100% sama, karena kitab yang dipelajari sama. Bagian ini yang perlu kita catat tebal.
Bantahan untuk Ideologi Manqul
Ada dua hal yang perlu kita luruskan dari ideologi manqul LDIIPertama, tentang syarat sah ilmu harus diperoleh secara manqul
Kedua, tentang satu-satunya manqul yang sah harus manqul LDII
Bantahan Untuk Aqidah Manqul
Pertama, keyakinan bahwa ilmu yang sah hanya bisa diperoleh secara manqul, bertentangan dengan dalil-dalil al-Quran dan hadis yang menunjukan bahwa sampainya ilmu kepada seseorang tidak harus dengan manqul. Bahkan kapanpun ilmu itu sampai kepadanya, selama kebenarannya bisa dipertanggung jawabkan, maka ilmu itu adalah sah dan harus diamalkan.Allah berfirman,
وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَذَا الْقُرْآنُ لِأُنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ
Telah diwahyukan kepadaku (Muhammad) al-Quran ini, agar aku memberi peringatan kepada kalian dengan al-Quran ini, dan siapa saja yang sampai kepadanya. (QS. Al-An’am: 19).
Kalimat: [وَمَنْ بَلَغَ] : kepada siapapun yang al-Quran ini sampai kepadanya. Artinya, bukan syarat untuk mengimani isi al-Quran, dia harus bertemu langsung dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selama dia membaca al-Quran, bisa memahaminya dengan benar, dia wajib mengimani dan mengamalkan isi al-Quran itu. Walaupun dia tidak bertemu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ibnu Katsir menukil keterangan Muhammad bin Ka’b yang mengatakan,
من بلغه القرآن فكأنما رأى النبي صلى الله عليه وسلم
Siapa yang sampai kepada al-Quran seolah dia telah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Tafsir Ibnu Katsir, 3/245).
Anda bisa membayangkan, ketika ada orang islam yang membaca satu ayat atau hadis dari sebuah tulisan dan dia bisa memahaminya, kemudian dia enggan mengamalkannya, dengan alasan nunggu manqul dulu dari tokoh LDII. Betapa banyak perintah dan larangan yang akan dilanggar manusia!!
Kedua, surat-surat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dikirimkan ke berbagai penguasa kafir.
Orang yang melek sejerah, tentu pernah mendengar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beberapa kali menyampaikan surat kepada para raja kafir, mengajak mereka untuk masuk islam. Surat ini dibaca oleh mereka sendiri atau melalui penerjemahnya. Demikian pula para khulafa’ ar-Rasyidun, mereka mengirim surat kepada para sahabat yang berada di berbagai penjuru negeri.
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menceritakan,
أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَتَبَ إِلَى كِسْرَى وَإِلَى قَيْصَرَ وَإِلَى النَّجَاشِيِّ وَإِلَى كُلِّ جَبَّارٍ يَدْعُوهُمْ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى وَلَيْسَ بِالنَّجَاشِيِّ الَّذِي صَلَّى عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menulis surat kepada Kisra, Qaishar, Najasyi dan kepada selurus penguasa, mengajak mereka kepada Allah. Namun bukan an Najasyi yang jenazahnya dishalati Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam” (HR. Bukhari no. 7 dan Muslim no. 4583).
Al-Khatib al-Baghdadi menegaskan,
وإن كتب النبي صلى الله عليه و سلم قد صارت دينا يدان بها والعمل بها لازم للخلق وكذلك ما كتب به أبو بكر وعمر وغيرهما من الخلفاء الراشدين فهو معمول به
“Sungguh surat-surat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menjadi agama yang harus dianut dan wajib diamalkan isinya bagi umat manusia.Demikian pula surat-surat Abu Bakar, Umar dan surat para Khulafar ar Rasyidin lainnya, semua harus diamalkan isinya.” (al-Kifayah fi Ilmi ar-Riwayah, 344)
Anda bisa bayangkan, andai sistem manqul harus mereka terapkan sebagai syarat keabsahan ilmu. Tentu para raja itu berhak untuk menolak isi surat dan meminta Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mendatangi mereka mengajarkan islam secara manqul.
Setelah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, cara inipun dipakai oleh para sahabatnya seperti surat Umar kepada Abu Musa al ‘Asy ‘ari yang terdapat didalamnya hukum-hukum yang berkaitan dengan Qadha’. Demikian pula Aisyah menulis surat kepada Hisyam bin Urwah berisi tentang shalat. (al-Kifayah fi Ilmi ar-Riwayah, 343).
Jika kita menerapkan sistem manqul LDII, berarti semua isi surat di atas tidak berlaku, hingga mereka harus menemui penulisnya langsung dan manqul darinya.
Ketiga, riwayat munawalah, ijazah, mukatabah, wasiat, dan wijadah
Para ulama masa silam, mereka mendapatkan hadis dari gurunya dengan berbagai cara. Ada yang ketemu langsung, dari lisan ke lisan. Ada yang ketemu namun hanya diberi tulisan. Ada yang tidak ketemu, namun dikirimi surat dari gurunya. Ada yang tidak ketemu orangnya, namun menemukan tulisan gurunya. Hingga ada yang melalui wasiat.
Beberapa istilah periwayat di atas, munawalah, ijazah, mukatabah, wasiat, dan wijadah, semuanya dilakukan TANPA menggunakan sistem manqul. Berikut pengertian masing-masing,
1. Munawalah
Seorang guru menulis semua hadis yang dia anggap shahih atau mengumpulkan hadis-hadis yang menjadi pilihannya, kemudian dia sampaikan kepada muridnya: ’Ini hadis riwayatku, silahkah kamu riwayatkan dariku.’ Atau dia berpesan, ’Silahkan salin kitab ini, lalu kembalikan kepadaku, dan aku izinkan kamu untuk menyampaikan riwayat buku ini dariku.’
Semua periwayatan ini tanpa sepeserpun murid mendengar dari gurunya. Meskipun demikian, para ulama hadis, diantaranya Imam Malik menegaskan bahwa ini sama dengan mendengar langsung dari penulisnya. (al-Ilma’ ila Ma’rifah Ushul ar-Riwayah, hlm. 79).
2. Ijazah
Ijazah artinya pemberian izin untuk menyampaikan hadis yang diperoleh dari orang lain. Misalnya, seorang guru berpesan kepada muridnya, ’Silahkan kamu sampaikan ilmu dariku kepada orang lain.” Dengan kalimat ini, berarti sang murid telah mendapatkan Ijazah dari gurunya.
Dalam periwayatan hadis, terkadang ada guru yang mengizinkan muridnya untuk menyampaikan kitab tertentu. Sementara sang guru tidak memberikan kitab itu kepada muridnya. Ini sering disebut al-Ijazah al-Mujarradah ’an al-Munawalah (ijazah tanpa munawalah).Dengan metode ini, berarti sang murid tidak pernah manqul kitab itu dari gurunya. (Muqadimah Ibnu Sholah, hlm. 86).
3. Mukatabah
Mukatabah sama dengan surat atau tulisan. Salah satu bentuknya, seorang guru menulis beberapa hadis, kemudian dia kirimkan kepada muridnya yang berada di tempat lain. (Muqadimah Ibnu Sholah, hlm. 89).
Wasiat
Seorang ulama berwasiat ketika mendekati kematian atau ketika safar kepada orang lain, dengan menyerahkan kitab kumpulan hadis yang beliau riwayatkan. (Muqadimah Ibnu Sholah, hlm. 101).
4. Wijadah
Wijadah dari kata wajada – yajidu yang artinya menemukan.
Riwayat hadis secara wijadah bentuknya, seseorang menemukan kitab yang ditulis oleh ulama sebelumnya, padahal dia sama sekali belum pernah ketemu atau mendengar hadis darinya. Ketika penemu kitab ini hendak menyampaikan hadis, dia bisa nyatakan dengan,
وجدت بخط فلان أو : قرأت بخط فلان أو : في كتاب فلان بخطه
”Saya temukan tulisan fulan, atau saya baca tulisan fulan, atau dalam kitab fulan yang dia tulis sendiri.” (Muqadimah Ibnu Sholah, hlm. 101)
Berikut diantara contoh periwatan dengan wijadah,
Keterangan Ibnu Umar, dimana beliau meriwayatkan dari ayahnya dengan al-Wijadah, dari Nafi, dari Ibnu Umar,
أنه وجد في قائم سيف عمر بن الخطاب صحيفة فيها ليس فيما دون خمس من ا لابل صدقة فإذا كانت خمسا ففيها شاة
‘Bahwa beliau mendapatkan pada gagang pedang umar sebuah lembaran (tertulis) ‘Tidak ada zakat pada unta yang jumlahnya kurang dari lima, kalau jumlahnya 5 maka zakatnya satu kambing.”
(HR. al Khatib al Baghdadi dalam al kifayah, hlm. 354)
Anda bisa perhatikan, jika kita menerapkan sistem manqul LDII, niscaya akan banyak hadis yang dianggap tidak sah isinya.
Keempat, pada kenyataannya, mereka hanya mementingkan MMM, tidak mempedulikan keshahihan hadis. Dalam buku himpunan mereka ada hadits-hadits dha’if, bahkan maudhu’ (palsu). Lantas apalah artinya MMM kalau hadisnya tidak shahih karena rawinya tidak tsiqoh.
Doktrin kedua, manqul yang sah harus manqul LDII
Selanjutnya, kita bantah doktrin kedua dalam LDII, bahwa manqul yang sah hanya manqul LDII.
Jika tidak disebut kesombongan, cukup kita sebut pembodohan dan penipuan terhadap umat?!.
Betapa tidak, jika hanya ilmu orang LDII saja yang sah, dikemanakan ulama lainnya.
Ribuan orang yang belajar hadis di Mekah, Madinah, Yaman, dan negara islam lainnya. Semua dianggap ilmunya tidak sah, selain Madigol Nur Hasan??.
Kita tidak perlu berpanjang lebar di sini, mengingat doktrin picisan LDII paling bodoh ini hanya kesombongan dan pembodohan umat. Lebih dari itu, klaim para tokoh mereka selama di Mekah, dengan cerita berlebihan, ternyata hanya dusta. Lantas layakkah seorang pendusta diambil ilmunya, apalagi disebut mujtahid??
Anda bisa pelajari di:
http://firanda.com/index.php/artikel/30-sekte-sesat/301-rakyat-islam-jama-ah-dibohongi-rajanya-puluhan-tahun
Demikian, semoga bermanfaat.
Allahu a’lam.
Selasa, 06 Mei 2014
Kesombongan dan Pengingat |muslim.or.id
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Para Ikhwan , mungkin anda sering mendengar tuduhan atau
ucapan semacam di atas. Terlebih lagi bila anda adalah lelaki
berjenggot, bercelana cingkrang atau wanita muslimah yang menutup rapat
aurat anda. Terlebih lagi bila anda senantiasa meminta dalil dalam
setiap urusan agama. Nah, pada saat menghadapi tuduhan semacam itu,
apakah yang anda ucapkan atau lakukan?
Anda berang? Anda buru buru menepis dan berkata : “aah tidak, saya tidak merasa paling benar!”
Sobat! Coba camkan jawaban anda, bila ternyata anda tidak merasa paling benar lalu mengapa anda mengamalkan bahkan mengajarkan pilihan anda kepada yang lain? Dan mengapa anda enggan menggantinya dengan pilihan lain?
Sebagai seorang muslim, sewajarnya untuk senantiasa memilih yang terbenar dan terbaik. Sangat nista bila anda memilih yang tersalah, atau paling kurang pilihan yang salah, terlebih dalam urusan agama. Untuk urusan pasangan hidup saja saya yakin anda berusaha memilih yang the best dari yang ada atau dari yang bisa anda dapatkan. Dengan demikian wajar bila anda setia kepada pilihan anda. Alangkah meruginya bila dalam urusan pasangan hidup anda bersikap “asal dapat” apalagi memilih yang buruk, terlebih lagi bila pilihan yang terburuk.
Walaupun tentunya, apapun pilihan anda bukan berarti anda pantas untuk membusungkan dada apalagi meremehkan pilihan orang lain, karena tentunya mereka juga telah berusaha untuk memilih yang terbaik menurut persepsi mereka.
Karena itu dahulu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ، وَغَمْطُ النَّاسِ
“Kesombongan yang sejati ialah bila engkau menolak kebenaran dan meremehkan orang lain” (HR. Muslim)—
Saat
dimana kamu bersama teman, kau pun tampil sebagai orang shalih. Tapi
saat dimana kamu sendirian, kamu pun larut dalam kemaksiatan.
Itulah saat dimana kamu menjadikan Allah pihak terendah yang menyaksikanmu.
Semoga Allah menganugrahkan kepadamu taubat yang nashuh. Dan ingatlah selalu firman-Nya berikut:
"Ingatlah hari ketika tiap-tiap jiwa mendapati kembali perbuatan
baiknya (didunia) hadir kembali (dihadapannya). Dan perbuatan buruknya
(juga). (Dia berharap-harap) seandainya antara dia dan perbuatan
buruknya ada jarak yang jauh (yang memisahkan mereka)..." QS. Ali Imran:
30
Wallahulmuwaffiq.
Oleh: Ustadz Jafar Salih
Senin, 05 Mei 2014
SAATNYA TINGGALKAN MIC'MU DAN AMBILLAH SAJADAHMU | muslim.or.id
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Siapa saja yang hidup di akhir zaman, tidak lepas dari lantunan suara musik atau nyanyian. Bahkan mungkin di antara kita –dulunya- adalah orang-orang yang sangat gandrung
terhadap lantunan suara seperti itu. Bahkan mendengar lantunan tersebut
juga sudah menjadi sarapan tiap harinya. Itulah yang juga terjadi pada
sosok si fulan. Hidupnya dulu tidaklah bisa lepas dari gitar dan musik. Namun, sekarang hidupnya jauh berbeda. Setelah Allah mengenalkannya dengan Al haq (penerang dari Al Qur’an dan As Sunnah), dia pun perlahan-lahan menjauhi berbagai nyanyian. Alhamdulillah, dia pun mendapatkan ganti yang lebih baik yaitu dengan kalamullah (Al Qur’an) yang semakin membuat dirinya mencintai dan merindukan perjumpaan dengan Rabbnya.
Lalu, apa yang menyebabkan hatinya bisa berpaling kepada kalamullah
dan meninggalkan nyanyian? Tentu saja, karena taufik Allah kemudian
siraman ilmu. Dengan ilmu syar’i yang dia dapati, hatinya mulai tergerak
dan mulai sadarkan diri. Dengan mengetahui dalil Al Qur’an dan Hadits
yang membicarakan bahaya lantunan yang melalaikan, dia pun mulai
meninggalkannya perlahan-lahan. Juga dengan bimbingan perkataan para
ulama, dia semakin jelas dengan hukum keharamannya.
Alangkah baiknya jika kita melihat dalil-dalil yang dimaksudkan, beserta perkataan para ulama masa silam mengenai hukum nyanyian karena mungkin di antara kita ada yang masih gandrung
dengannya. Maka, dengan ditulisnya risalah ini, semoga Allah membuka
hati kita dan memberi hidayah kepada kita seperti yang didapatkan si
fulan tadi. Allahumma a’in wa yassir (Ya Allah, tolonglah dan mudahkanlah).
Beberapa Ayat Al Qur’an yang Membicarakan “Nyanyian”
Pertama: Nyanyian dikatakan sebagai “lahwal hadits” (perkataan yang tidak berguna)
Allah Ta’ala berfirman,
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ
لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا
أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آيَاتُنَا
وَلَّى مُسْتَكْبِرًا كَأَنْ لَمْ يَسْمَعْهَا كَأَنَّ فِي أُذُنَيْهِ
وَقْرًا فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna
untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan
menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab
yang menghinakan. Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami dia
berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya,
seakan-akan ada sumbat di kedua telinganya; maka beri kabar gembiralah
padanya dengan azab yang pedih.” (QS. Luqman: 6-7)
Ibnu Jarir Ath Thabariy -rahimahullah- dalam kitab tafsirnya mengatakan bahwa para pakar tafsir berselisih pendapat apa yang dimaksud dengan لَهْوَ الْحَدِيثِ “lahwal hadits” dalam ayat tersebut. Sebagian mereka mengatakan bahwa yang dimaksudkan adalah nyanyian dan mendengarkannya. Lalu setelah itu Ibnu Jarir menyebutkan beberapa perkataan ulama salaf mengenai tafsir ayat tersebut. Di antaranya adalah dari Abu Ash Shobaa’ Al Bakri –rahimahullah-. Beliau mengatakan bahwa dia mendengar Ibnu Mas’ud ditanya mengenai tafsir ayat tersebut, lantas beliau –radhiyallahu ‘anhu- berkata,
الغِنَاءُ، وَالَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ، يُرَدِّدُهَا ثَلاَث َمَرَّاتٍ.
“Yang dimaksud adalah nyanyian, demi Dzat yang tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi selain Dia.” Beliau menyebutkan makna tersebut sebanyak tiga kali.[1]
Penafsiran senada disampaikan oleh Mujahid, Sa’id bin Jubair, ‘Ikrimah, dan Qotadah. Dari Ibnu Abi Najih, Mujahid berkata bahwa yang dimaksud lahwu hadits adalah bedug (genderang).[2]
Asy Syaukani dalam kitab tafsirnya mengatakan, “Lahwal hadits
adalah segala sesuatu yang melalaikan seseorang dari berbuat baik. Hal
itu bisa berupa nyanyian, permainan, cerita-cerita bohong dan setiap
kemungkaran.” Lalu, Asy Syaukani menukil perkataan Al Qurtubhi yang mengatakan bahwa tafsiran yang paling bagus untuk makna lahwal hadits adalah nyanyian. Inilah pendapat para sahabat dan tabi’in.[3]
Jika ada yang mengatakan, “Penjelasan tadi kan hanya penafsiran sahabat, bagaimana mungkin bisa jadi hujjah (dalil)?”
Maka, cukup kami katakan bahwa tafsiran sahabat terhadap suatu ayat bisa menjadi hujjah, bahkan bisa dianggap sama dengan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (derajat marfu’). Simaklah perkataan Ibnul Qayyim setelah menjelaskan penafsiran mengenai “lahwal hadits” di atas sebagai berikut,
“Al Hakim Abu ‘Abdillah dalam kitab tafsirnya di Al Mustadrok
mengatakan bahwa seharusnya setiap orang yang haus terhadap ilmu
mengetahui bahwa tafsiran sahabat –yang mereka ini menyaksikan turunnya
wahyu- menurut Bukhari dan Muslim dianggap sebagai perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di tempat lainnya, beliau mengatakan bahwa menurutnya, penafsiran sahabat tentang suatu ayat sama statusnya dengan hadits marfu’ (yang sampai pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam).” Lalu, Ibnul Qayyim
mengatakan, “Walaupun itu adalah penafsiran sahabat, tetap penafsiran
mereka lebih didahulukan daripada penafsiran orang-orang sesudahnya. Alasannya, mereka adalah umat yang paling mengerti tentang maksud dari ayat yang diturunkan oleh Allah karena Al Qur’an turun di masa mereka hidup”.[4]
Jadi, jelaslah bahwa pemaknaan لَهْوَ الْحَدِيثِ /lahwal hadits/ dengan nyanyian patut kita terima karena ini adalah perkataan sahabat yang statusnya bisa sama dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kedua: Orang-orang yang bernyanyi disebut “saamiduun”
Allah Ta’ala berfirman,
أَفَمِنْ هَذَا الْحَدِيثِ تَعْجَبُونَ , وَتَضْحَكُونَ وَلا تَبْكُونَ , وَأَنْتُمْ سَامِدُونَ , فَاسْجُدُوا لِلَّهِ وَاعْبُدُوا
“Maka, apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini? Dan kamu mentertawakan dan tidak menangis? Sedang kamu saamiduun? Maka, bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia).” (QS. An Najm: 59-62)
Apa yang dimaksud سَامِدُونَ /saamiduun/?
Menurut salah satu pendapat, makna saamiduun adalah bernyanyi dan ini berasal dari bahasa orang Yaman. Mereka biasa menyebut “ismud lanaa” dan maksudnya adalah: “Bernyanyilah untuk kami”. Pendapat ini diriwayatkan dari ‘Ikrimah dan Ibnu ‘Abbas.[5]
‘Ikrimah mengatakan, “Mereka biasa
mendengarkan Al Qur’an, namun mereka malah bernyanyi. Kemudian turunlah
ayat ini (surat An Najm di atas).”[6]
Jadi, dalam dua ayat ini teranglah bahwa mendengarkan “nyanyian” adalah suatu yang dicela dalam Al Qur’an.
Perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Mengenai Nyanyian
Hadits Pertama
Bukhari membawakan dalam Bab “Siapa yang menghalalkan khomr dengan selain namanya” sebuah riwayat dari Abu ‘Amir atau Abu Malik Al Asy’ari telah menceritakan bahwa dia tidak berdusta, lalu dia menyampaikan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِى
أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ
، وَلَيَنْزِلَنَّ أَقْوَامٌ إِلَى جَنْبِ عَلَمٍ يَرُوحُ عَلَيْهِمْ
بِسَارِحَةٍ لَهُمْ ، يَأْتِيهِمْ – يَعْنِى الْفَقِيرَ – لِحَاجَةٍ
فَيَقُولُوا ارْجِعْ إِلَيْنَا غَدًا . فَيُبَيِّتُهُمُ اللَّهُ وَيَضَعُ
الْعَلَمَ ، وَيَمْسَخُ آخَرِينَ قِرَدَةً وَخَنَازِيرَ إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ
“Sungguh, benar-benar akan ada di kalangan umatku
sekelompok orang yang menghalalkan zina, sutera, khamr, dan alat musik.
Dan beberapa kelompok orang akan singgah di lereng gunung dengan
binatang ternak mereka. Seorang yang fakir mendatangi mereka untuk suatu
keperluan, lalu mereka berkata, ‘Kembalilah kepada kami esok hari.’
Kemudian Allah mendatangkan siksaan kepada mereka dan menimpakan gunung
kepada mereka serta Allah mengubah sebagian mereka menjadi kera dan babi
hingga hari kiamat.”[7] Jika dikatakan menghalalkan musik, berarti musik itu haram.
Hadits di atas dinilai shahih oleh banyak ulama, di antaranya adalah: Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Al Istiqomah (1/294) dan Ibnul Qayyim dalam Ighatsatul Lahfan (1/259). Penilaian senada disampaikan An Nawawi, Ibnu Rajab Al Hambali, Ibnu Hajar dan Asy Syaukani –rahimahumullah-.
Memang, ada sebagian ulama semacam Ibnu Hazm dan orang-orang yang mengikuti pendapat beliau sesudahnya seperti Al Ghozali yang menyatakan bahwa hadits di atas memiliki cacat sehingga mereka pun menghalalkan musik. Alasannya, mereka mengatakan bahwa sanad hadits ini munqothi’ (terputus) karena Al Bukhari tidak memaushulkan sanadnya (menyambungkan sanadnya). Untuk menyanggah hal ini, kami akan kemukakan 5 sanggahan sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah:
Pertama, Al Bukhari betul bertemu dengan Hisyam bin ‘Ammar dan beliau betul mendengar langsung darinya. Jadi, jika Al Bukhari mengatakan bahwa Hisyam berkata, itu sama saja dengan perkataan Al Bukhari langsung dari Hisyam.
Kedua, jika Al Bukhari belum pernah mendengar hadits itu dari Hisyam, tentu Al Bukhari tidak akan mengatakan dengan lafazh jazm (tegas). Jika beliau mengatakan dengan lafazh jazm,
sudah pasti beliau mendengarnya langsung dari Hisyam. Inilah yang
paling mungkin, karena sangat banyak orang yang meriwayatkan (hadits)
dari Hisyam. Hisyam adalah guru yang sudah sangat masyhur. Adapun Al
Bukhari adalah hamba yang sangat tidak mungkin melakukan tadlis (kecurangan dalam periwayatan).
Ketiga, Al Bukhari memasukkan hadits ini dalam kitabnya yang disebut dengan kitab shahih, yang tentu saja hal ini bisa dijadikan hujjah
(dalil). Seandainya hadits tersebut tidaklah shahih menurut Al Bukhari,
lalu mengapa beliau memasukkan hadits tersebut dalam kitab shahih?
Keempat, Al Bukhari membawakan hadits ini secara mu’allaq (di bagian awal sanad ada yang terputus). Namun, di sini beliau menggunakan lafazh jazm (pasti, seperti dengan kata qoola yang artinya dia berkata) dan bukan tamridh (seperti dengan kata yurwa atau yudzkaru, yang artinya telah diriwayatkan atau telah disebutkan). Jadi, jika Al Bukhari mengatakan, “Qoola: qoola Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam [dia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ...]”, maka itu sama saja beliau mengatakan hadits tersebut disandarkan pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kelima, seandainya berbagai alasan di atas kita buang, hadits ini tetaplah shahih dan bersambung karena dilihat dari jalur lainnya, sebagaimana akan dilihat pada hadits berikutnya.[8]
Hadits Kedua
Dari Abu Malik Al Asy’ari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيَشْرَبَنَّ نَاسٌ مِنْ
أُمَّتِى الْخَمْرَ يُسَمُّونَهَا بِغَيْرِ اسْمِهَا يُعْزَفُ عَلَى
رُءُوسِهِمْ بِالْمَعَازِفِ وَالْمُغَنِّيَاتِ يَخْسِفُ اللَّهُ بِهِمُ
الأَرْضَ وَيَجْعَلُ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ
“Sungguh, akan ada orang-orang dari umatku yang meminum
khamr, mereka menamakannya dengan selain namanya. Mereka dihibur dengan
musik dan alunan suara biduanita. Allah akan membenamkan mereka ke
dalam bumi dan Dia akan mengubah bentuk mereka menjadi kera dan babi.”[9]
Hadits Ketiga
Dari Nafi’ –bekas budak Ibnu ‘Umar-, beliau berkata,
عُمَرَ سَمِعَ ابْنُ عُمَرَ
صَوْتَ زَمَّارَةِ رَاعٍ فَوَضَعَ إِصْبَعَيْهِ فِى أُذُنَيْهِ وَعَدَلَ
رَاحِلَتَهُ عَنِ الطَّرِيقِ وَهُوَ يَقُولُ يَا نَافِعُ أَتَسْمَعُ
فَأَقُولُ نَعَمْ. قَالَ فَيَمْضِى حَتَّى قُلْتُ لاَ. قَالَ فَوَضَعَ
يَدَيْهِ وَأَعَادَ الرَّاحِلَةَ إِلَى الطَّرِيقِ وَقَالَ رَأَيْتُ
رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَسَمِعَ صَوْتَ زَمَّارَةِ رَاعٍ
فَصَنَعَ مِثْلَ هَذَا
Ibnu ‘Umar pernah mendengar suara seruling
dari seorang pengembala, lalu beliau menyumbat kedua telinganya dengan
kedua jarinya. Kemudian beliau pindah ke jalan yang lain. Lalu Ibnu
‘Umar berkata, “Wahai Nafi’, apakah kamu masih mendengar suara tadi?”
Aku (Nafi’) berkata, “Iya, aku masih mendengarnya.”
Kemudian, Ibnu ‘Umar terus berjalan. Lalu, aku berkata, “Aku tidak mendengarnya lagi.”
Barulah setelah itu Ibnu ‘Umar melepaskan tangannya dari
telinganya dan kembali ke jalan itu lalu berkata, “Beginilah aku melihat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mendengar suara
seruling dari seorang pengembala. Beliau melakukannya seperti tadi.”[10]
Keterangan Hadits
Dari dua hadits pertama, dijelaskan mengenai keadaan umat
Islam nanti yang akan menghalalkan musik,berarti sebenarnya musik itu
haram kemudian ada yang menganggap halal. Begitu pula pada hadits ketiga
yang menceritakan kisah Ibnu ‘Umar bersama Nafi’. Ibnu ‘Umar
mencontohkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan hal yang sama dengannya yaitu menjauhkan manusia dari mendengar musik. Hal ini menunjukkan bahwa musik itu jelas-jelas terlarang.
Jika ada yang mengatakan bahwa sebenarnya yang dilakukan
Ibnu ‘Umar tadi hanya menunjukkan bahwa itu adalah cara terbaik dalam
mengalihkan manusia dari mendengar suara nyanyian atau alat musik, namun
tidak sampai menunjukkan keharamannya, jawabannya adalah sebagaimana yang dikatakan Ahmad bin Abdul Halim Al Haroni (julukan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah) rahimahullah berikut ini,
اللَّهُمَّ إلَّا أَنْ يَكُونَ فِي سَمَاعِهِ ضَرَرٌ دِينِيٌّ لَا يَنْدَفِعُ إلَّا بِالسَّدِّ
“Demi Allah, bahkan mendengarkan nyanyian (atau alat musik)
adalah bahaya yang mengerikan pada agama seseorang, tidak ada cara lain
selain dengan menutup jalan agar tidak mendengarnya.”[11]
Kalam Para Ulama Salaf Mengenai Nyanyian (Musik)
Ibnu Mas’ud mengatakan, “Nyanyian menumbuhkan kemunafikan dalam hati sebagaimana air menumbuhkan sayuran.”
Al Qasim bin Muhammad pernah ditanya tentang nyanyian, lalu beliau menjawab, “Aku melarang nyanyian padamu dan aku membenci jika engkau mendengarnya.” Lalu orang yang bertanya tadi mengatakan, “Apakah nyanyian itu haram?” Al Qasim pun mengatakan,”Wahai
anak saudaraku, jika Allah telah memisahkan yang benar dan yang keliru,
lantas pada posisi mana Allah meletakkan ‘nyanyian’?”
‘Umar bin ‘Abdul Aziz pernah menulis surat kepada guru yang mengajarkan anaknya, isinya adalah, ”Hendaklah
yang pertama kali diyakini oleh anak-anakku dari budi pekertimu adalah
kebencianmu pada nyanyian. Karena nyanyian itu berasal dari setan dan
ujung akhirnya adalah murka Allah. Aku mengetahui dari para ulama yang
terpercaya bahwa mendengarkan nyanyian dan alat musik serta gandrung
padanya hanya akan menumbuhkan kemunafikan dalam hati sebagaimana air
menumbuhkan rerumputan. Demi Allah, menjaga diri dengan meninggalkan
nyanyian sebenarnya lebih mudah bagi orang yang memiliki kecerdasan
daripada bercokolnya kemunafikan dalam hati.”
Fudhail bin Iyadh mengatakan, “Nyanyian adalah mantera-mantera zina.”
Adh Dhohak mengatakan, “Nyanyian itu akan merusak hati dan akan mendatangkan kemurkaan Allah.”
Yazid bin Al Walid mengatakan, “Wahai
anakku, hati-hatilah kalian dari mendengar nyanyian karena nyanyian itu
hanya akan mengobarkan hawa nafsu, menurunkan harga diri, bahkan
nyanyian itu bisa menggantikan minuman keras yang bisa membuatmu mabuk
kepayang. … Ketahuilah, nyanyian itu adalah pendorong seseorang untuk
berbuat zina.”[12]
Empat Ulama Madzhab Mencela Nyanyian
- Imam Abu Hanifah. Beliau membenci nyanyian dan menganggap mendengarnya sebagai suatu perbuatan dosa.[13]
- Imam Malik bin Anas. Beliau berkata, “Barangsiapa membeli budak lalu ternyata budak tersebut adalah seorang biduanita (penyanyi), maka hendaklah dia kembalikan budak tadi karena terdapat ‘aib.”[14]
- Imam Asy Syafi’i. Beliau berkata, “Nyanyian adalah suatu hal yang sia-sia yang tidak kusukai karena nyanyian itu adalah seperti kebatilan. Siapa saja yang sudah kecanduan mendengarkan nyanyian, maka persaksiannya tertolak.”[15]
- Imam Ahmad bin Hambal. Beliau berkata, “Nyanyian itu menumbuhkan kemunafikan dalam hati dan aku pun tidak menyukainya.”[16]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Tidak ada satu pun dari empat ulama madzhab yang berselisih pendapat mengenai haramnya alat musik.”[17]
Bila Engkau Sudah Tersibukkan dengan Nyanyian dan Nasyid
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah memberikan pelajaran yang sangat berharga. Beliau mengatakan,
“Seorang hamba jika sebagian waktunya telah tersibukkan
dengan amalan yang tidak disyari’atkan, dia pasti akan kurang
bersemangat dalam melakukan hal-hal yang disyari’atkan dan bermanfaat.
Hal ini jauh berbeda dengan orang yang mencurahkan usahanya untuk
melakukan hal yang disyari’atkan. Pasti orang ini akan semakin cinta dan
semakin mendapatkan manfaat dengan melakukan amalan tersebut, agama dan
islamnya pun akan semakin sempurna.”
Lalu, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
mengatakan, ”Oleh karena itu, banyak sekali orang yang terbuai dengan
nyanyian (atau syair-syair) yang tujuan semula adalah untuk menata hati.
Maka, pasti karena maksudnya, dia akan semakin berkurang semangatnya
dalam menyimak Al Qur’an. Bahkan sampai-sampai dia pun membenci untuk
mendengarnya.”[18]
Jadi, perkataan Ahmad bin Abdul Halim Al Haroni
(yang dijuluki Syaikhul Islam) memang betul-betul terjadi pada
orang-orang yang sudah begitu gandrung dengan nyanyian, gitar dan bahkan
dengan nyanyian “Islami” (yang disebut nasyid). Tujuan mereka mungkin
adalah untuk menata hati. Namun, sayang seribu sayang, jalan yang
ditempuh adalah jalan yang keliru karena hati mestilah ditata dengan
hal-hal yang masyru’ (disyariatkan) dan bukan dengan hal-hal yang tidak masyru’, yang membuat kita sibuk dan lalai dari kalam Robbul ‘alamin yaitu Al Qur’an.
Tentang nasyid yang dikenal di kalangan sufiyah dan bait-bait sya’ir, Syaikhul Islam mengatakan,
“Oleh karena itu, kita dapati pada orang-orang yang
kesehariannya dan santapannya tidak bisa lepas dari nyanyian, mereka
pasti tidak akan begitu merindukan lantunan suara Al Qur’an. Mereka pun
tidak begitu senang ketika mendengarnya. Mereka tidak akan merasakan
kenikmatan tatkala mendengar Al Qur’an dibanding dengan mendengar
bait-bait sya’ir (nasyid). Bahkan ketika mereka mendengar Al Qur’an,
hatinya pun menjadi lalai, begitu pula dengan lisannya akan sering
keliru.”[19]
Adapun melatunkan bait-bait syair (alias nasyid) asalnya
dibolehkan, namun tidak berlaku secara mutlak. Melatunkan bait syair
(nasyid) yang dibolehkan apabila memenuhi beberapa syarat berikut:
- Bukan lantunan yang mendayu-dayu sebagaimana yang diperagakan oleh para wanita.
- Nasyid tersebut tidak sampai melalaikan dari mendengar Al Qur’an.
- Nasyid tersebut terlepas dari nada-nada yang dapat membuat orang yang mendengarnya menari dan berdansa.
- Tidak diiringi alat musik.
- Maksud mendengarkannya bukan mendengarkan nyanyian dan nadanya, namun tujuannya adalah untuk mendengar nasyid (bait syair).
- Diperbolehkan bagi wanita untuk memukul rebana pada acara-acara yang penuh kegembiraan dan masyru’ (disyariatkan) saja.[20]
- Maksud nasyid ini adalah untuk memberi dorongan semangat ketika keletihan atau ketika berjihad.
- Tidak sampai melalaikan dari yang wajib atau melarang dari kewajiban.[21]
Penutup
Kami hanya ingin mengingatkan bahwa pengganti nyanyian dan
musik adalah Al Qur’an. Dengan membaca, merenungi, dan mendengarkan
lantunan Al-Qur’anlah hati kita akan hidup dan tertata karena inilah
yang disyari’atkan.
Ingatlah bahwa Al Qur’an dan musik sama sekali tidak bisa
bersatu dalam satu hati. Kita bisa memperhatikan perkataan murid
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, yaitu Ibnul Qayyim rahimahullah. Beliau mengatakan, “Sungguh nyanyian dapat memalingkan hati seseorang dari memahami, merenungkan dan mengamalkan isi Al Qur’an. Ingatlah, Al Qur’an dan nyanyian selamanya tidaklah mungkin bersatu dalam satu hati karena keduanya itu saling bertolak belakang.
Al Quran melarang kita untuk mengikuti hawa nafsu, Al Qur’an
memerintahkan kita untuk menjaga kehormatan diri dan menjauhi berbagai
bentuk syahwat yang menggoda jiwa. Al Qur’an memerintahkan untuk
menjauhi sebab-sebab seseorang melenceng dari kebenaran dan melarang
mengikuti langkah-langkah setan. Sedangkan nyanyian memerintahkan pada
hal-hal yang kontra (berlawanan) dengan hal-hal tadi.”[22]
Dari sini, pantaskah Al Qur’an ditinggalkan hanya karena
terbuai dengan nyanyian? Ingatlah, jika seseorang meninggalkan musik dan
nyanyian, pasti Allah akan memberi ganti dengan yang lebih baik.
إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئاً لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ بَدَّلَكَ اللَّهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ
“Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena
Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan sesuatu yang lebih
baik.”[23]
Tatkala Allah memerintahkan pada sesuatu dan melarang dari
sesuatu pasti ada maslahat dan manfaat di balik itu semua. Sibukkanlah
diri dengan mengkaji ilmu dan mentadaburri Al Quran, niscaya
perlahan-lahan perkara yang tidak manfaat semacam nyanyian akan
ditinggalkan. Semoga Allah membuka hati dan memberi hidayah bagi setiap
orang yang membaca risalah ini.
Washallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi ajma’in. Walhamdulillahi robbil ‘alamin.
***
Disempurnakan di Pangukan-Sleman, 16 Rabi’ul Awwal 1431 H (02/03/2010)
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.muslim.or.id
Sabtu, 03 Mei 2014
KEWAJIBAN DAKWAH ATAUPUN SYI'AR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Pada hakikatnya manusia adalah
hamba Allah, yang diutus ke bumi menghamba dan mengabdi menjalankan segala
kehendak Allah totalitas dalam seluruh aspek hidupnya. Penghambaan yang
totalitas ini telah menjadi tekad yang kokoh ketika kita mengikrarkannya dengan
ikrar yang suci kepada Allah, Rasul, dan kepemimpinan Islam untuk
memperjuangkan tegaknya Islam.
Ketika
seluruh hidupnya telah dibaktikan kepada Allah secara totalitas, maka jadilah
manusia sebagai khalifah Allah, yang mewakili segala kehendak Allah di muka
bumi, yaitu Ad-dien Islam. Dengan kata lain, manusia punya amanah untuk:
·
Menegakkan Islam pada dirinya, yaitu menjadi muslim
hingga mencapai haqqo taqwa (internal), dan
·
Menegakkan Islam pada masyarakatnya (eksternal).
Allah menghendaki pelaksanaan kedua hal diatas
dilaksanakan dengan berada dalam sebuah
sistem ibadah, yaitu Dien/sistem Islam, sehingga jalan satu-satunya pelaksanaan
ibadah yang benar hanyalah dalam sistem Islam. Jika demikian kehendak Allah,
maka Maha Benar Allah yang menyatakan keridhoannya hanya jika kita berada dalam
sistem Islam.
“Kamulah
ummat terbaik, yang dikeluarkan / dimunculkan dari kalangan manusia, yang
seantiasa menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari mungkar, dan beriman
kepada Allah....”. (3:110)
“Senantiasa ada dari
ummatku golongan yang menegakkan kebenaran, mereka tidak takut hingga datangnya
ketetapan Allah atas diriNya”. (HR. )
“ Katakanlah sesungguhnya
sholatku, ibadahku, hidup dan matiku adalah hanya untuk Rabb semesta
alam”.(6:162)
“Ya Tuhan Kami,
sesungguhnya kami mendengar seruan yang menyeru kepada iman, yaitu ‘berimanlah
kepada TuhanMU’, maka kamipun beriman. Ya Tuhan Kami, ampunilah bagi kami
dosa-dosa kami, dan hapuskanlah dari kami segala kesalahan-kesalahan kami, dan
wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti. (3:193)
“ Serulah manusia ke jalan
Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui siaa yang tersesat
dari jalanNya dan siapa yang mendapat petunjuk”. (16:125)
Kewajiban
Dakwah bukan semata-mata lahir dari kebutuhan atau paksaan yang dikerjakan
secara kebetulan, tanpa arah dan tujuan. Dakwah adalah wujud dari jiwa dan
aqidah Islamiyyah serta tauhidulloh yang dibutikan dengan langkah. Dakwah juga
merupakaan bukti Sholawat kita kepada Rosululloh yang telah mengemban Syari’at
dan menyampaikannya kepada seluruh Ummat dengan metode sagat baik. Kewajiban
dakwah dalam beberapa ayat al-Qur’an, diantaranya: (16:125), (12:108), (42:33)
Dalam
salah satu Hadistnya Rosulullohsaw, bersabda:
“Sampaikanlah Dariku Walaupun Satu Ayat”
Sehingga
dengan demikian dakwah merupakan wajib A’in yang mesti dilaksanakan dalam
setiap langlah para penegak Risalah.
Waalaikummusallam Warrahmatullahi Wabarakatuh
Semoga Bermanfaat Amin Allahuma Amin
Langganan:
Postingan (Atom)